KEBIJAKAN MONETER VS KEBIJAKAN FISKAL

KEBIJAKAN MONETER VS KEBIJAKAN FISKAL


KEBIJAKAN MONETER
VS
KEBIJAKAN FISKAL

 




Nama               : Hafid Maulana
Nim                  : 44111010119
Fakultas          : Ilmu Komunikasi
Jurusan           : Broadcasting

Universitas Mercu Buana







A. KEBIJAKAN MONETER

I. Arti dan Definisi Kebijakan Moneter
            Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneteradalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar.
 Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar.



II. Instrumen Kebijakan Moneter
Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policu) Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :

 1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities).
Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga  pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat.
Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum  terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar denganmemainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan padapemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib.Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.
Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalammengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.



B. Kebijakan Fiskal

I. Arti dan Definisi

            Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tariff pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
           
Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisitadalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran
 lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplusadalah kebijakan
pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbangterjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.


II. Tujuan Kebijakan Fiskal

Tujuan kebijakan fiskaladalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).



C. SIMULASI KEBIJAKAN MONETER VS FISKAL
I. Kebijakan Moneter
Kurva LM bergeser bila supply uang ril mengalami perobahan. Misalnya pemerintah menambah supply uang, sesuai dengan pertimbangan kebutuhan ekonomi dan politik, maka kurva LM akan bergeser ke kanan. Dampak penambahan supply uang ini dapat dilihat pada dibawah ini.
Text Box: Gambar 7.1Pada awalnya titik keseimbangan berada pada E0 dengan uang yang disupply pemerintah sejumlah tertentu dan dengan tingkat bunga pada i0 dan income Y0. Pemerintah kemudian menaikan supply uang sehingga kurva LM0 bergeser ke kanan menjadi LM1 sehingga tingkat bunga turun menjadi i1. Penurunan tingkat bunga, akibat penambahan supply uang, menyebabkan investasi naik sehingga income juga naik. Kenaikan investasi juga menaikan AD dan kenaikan AD berarti kenaikan income dan output. Besarnya kenaikan income adalah akibat penambahan supply uang.
Kenaikan supply uang menggeser kurva LM ke kanan. Pasar uang menyesuaikan dengan cepat sehingga bunga turun ke titik E2. Bunga yang rendah mendorong investasi naik sehingga pengeluaran dan dan income naik ke Y1. Kenaikan income menyebabkan bunga naik ke E1. Sebelum keseimbangan mencapai titik E1 maka lebih dulu keseimbangan adalah pada titik E2, hal ini karena proses penyesuaian di pasar uang dapat terjadi dengan sangat cepat. Kelebihan supply uang yang terjadi segera diserap oleh publik. Akibatnya harga obligasi naik dan tingkat bunga turun (ingat permintaan uang berbanding terbalik dengan tingkat bunga).
 Karena tingkat bunga turun maka permintaan uang segera naik sehingga pasar uang segera seimbang pada titik E1. Turunnya bunga mengakibatkan income naik ke Y1. Besarnya kenaikan income adalah Y0Y1lebih kecil dari 1/k ∆ M/P, hal ini disebabkan karena kurva LM tidak tegak sehingga kebijakan moneter kurang efektif. Bila kurva LM tegak maka penambahan income akan sama dengan 1/k ∆ M/P. Argumen lain adalah pada titik E2 tersebut terjadi kelebihan permintaan barang (Excess Demand of Goods) dimana income tinggi tetapi tingkat bunga rendah sehingga permintaan investasi naik dan permintaan barang juga tinggi. Sebagai respon produsen menaikan output sehingga income naik. Naiknya income menyebabkan permintaan uang naik sehingga tingkat bunga kembali naik. Akhirnya titik keseimbangan dicapai pada titik E1.
 Secara ringkas proses yang terjadi adalah sebagai berikut, MS ↑ → i ↓ → AD (I atau C)↑ → Y↑. Keadaan sebaliknya akan terjadi bila terjadi penurunan supply uang, yaitu tingkat bunga akan naik, agregat demand turun, dan income juga akan turun.
 Efektifitas Kebijakan Moneter
 Efektifitas kebijakan moneter tergantung pertama, dari tingkat kemiringan kurva LM. Bila kurva LM vertical[1] maka semakin besar dampak dari kebijakan moneter terhadap perubahan income dan sebaliknya bila kurva LM semakin miring maka semakin kurang efektif kebijakan moneter tersebut karena sangat kecil dampaknya terhadap penambahan income. Berarti efektifitas kebijakan moneter akan dipengaruhi oleh factor yang menentukan kemiringan kurva LM. Kemiringan kurva LM tergantung dengan tingkat sensitifitas permintaan uang terhadap tingkat bunga (koefisien b pada persamaan 6.5). Bila permintaan uang sangat sensitive terhadap perubahan bunga (b besar) maka kurva LM akan miring. Ini berarti bahwa sedikit perubahan tingkat bunga mengakibatkan Bila kurva LM tegak maka kebijakan fiscal menjadi tidak efektif karena hanya akan menyebabkan naiknya tingkat bunga sementara income tetap.
 Peristiwa ini disebut dengan crowding out, seperti yang akan diterangkan pada Bab Kebijakan Fiskal perubahan permintaan terhadap uang relative besar atau penambahan stok uang hanya sedikit menurunkan tingkat bunga sehingga kelebihan uang akan lebih banyak diserap oleh masyarakat. Akibatnya pengeluaran investasi tidak banyak meningkat karena penurunan bunga yang relative rendah. Sebaliknya bila permintaan uang tidak sensitive terhadap bunga maka penambahan jumlah stok uang hanya sedikit mempengaruhi permintaan uang dan akan lebih banyak mengakibatkan penurunan tingkat bunga sehingga pengeluaran investasi akan semakin besar.
 Faktor kedua yang mempengaruhi efektifitas kebijakan moneter adalah kemiringan kurva IS; semakin tegak kurva IS maka semakin tidak efektif kebijakan moneter, sebaliknya bila kurva IS semakin datar maka kebijakan moneter akan semakin efektif. Kemiringan kurva IS tergantung dengan tingkat sensifitas investasi terhadap perubahan tingkat bunga. Bila pengeluaran investasi sangat sensitif terhadap perubahan bunga maka sedikit perubahan tingkat bunga akan mengakibatkan perubahan investasi yang relative lebih besar. Dalam keadaan seperti ini maka bentuk kurva IS akan semakin mendatar.
 Pengeluaran investasi yang sensitive terhadap bunga merupakan indikasi bahwa ekonomi berada dalam keadaan tidak full employment, artinya masih banyak factor produksi yang belum dipakai penuh. Bila ekonomi berada dalam keadaan full employment maka pengeluaran investasi menjadi tidak sensitive terhadap perubahan bunga dan bentuk kurva IS adalah vertical. Dalam keadaan seperti ini maka bila stok uang ditambah (kebijakan moneter) maka income tidak akan naik walupun tingkat bunga turun. Keadaan ini disebabkan karena investasi tidak respon terhadap penurunan bunga.
    I. Kebijakan Fiskal
 Perhatikan Gambar diatas . Pada awalnya keseimbangan berada pada titik E0, kemudian pengeluaran pemerintah mengalamai kenaikan sebesar ∆G sehingga AD juga naik. Kenaikan AD menyebabkan kurva IS bergeser ke kanan, mengakibatkanText Box: Gambar 7.2 income atau output naik dari Y0 ke Y1. Kenaikan income menyebabkan permintaan terhadap uang naik sehingga untuk kembali ke titik keseimbangan maka bunga juga ikut naik ke i1 sehingga tercapai keseimbangan pada titik E1.
Apabila tingkat bunga tetap pada i0 maka income harusnya naik mencapai Y2 dengan keseimbagan E2 sesuai dengan besarnya multiplier kali ∆G (αG ∆G). Pada titik E2 ini telah tercapai keseimbagan pada pasar barang karena pengeluaran telah sama dengan output (income). Tetapi karena adanya keterkaitan antara pasar barang dengan pasar uang maka perobahan pada pasar barang (kenaikan income) menyebabkan pasar uang tidak seimbang karena kenaikan income telah menyebabkan naiknya permintaan uang yang selanjutnya mendorong kenaikan tingkat bunga.

Peningkatan pengeluaran pemerintah ∆G menyebabkan kurva IS bergeser ke kanan. Pada tingkat bunga yang sama dan melalui proses multiplier income naik ke Y2 dengan titik keseimbangan pada titik E2. Peningkatan income menyebabkan keseimbangan pasar uang berobah karena permintaan uang naik sehingga tingkat bunga naik.
 Kenaikan bunga menyebabkan investasi menurun sehingga kenaikan income berkurang menjadi Y1. Pengurangan dampak investasi akibat kenaikan bunga ini disebut dengan crowding out. Kenaikan tingkat bunga menyebabkan investasi swasta berkurang sehingga mengurangi kenaikan AD. Disinilah keterkaitan antara pasar barang dan pasar uang terjadi. Hanya pada titik E1 income sama dengan pengeluaran agregat dan permintaanuang sama dengan ketersediaan supply uang. Titik E1 adalah titik dimana pasar barang dan pasar uang dalam keadaan seimbang.
 Efektifitas Kebijakan Fiskal dan Crowding Out
 ‘Crowding out’ adalah menurunnya dampak dari pengeluaran autonomous (kebijakan fiskal) karena mengakibatkan tingkat bunga naik sehingga pengeluaran invesasi swasta menurun. Perhatikan gambar diatas, dengan kenaikan pengeluaran pemerintah seharusnya output naik sebesar αG ∆G sampai mencapai titik E2, tetapi kenyataan hanya sampai pada titik E1. Hal ini disebabkan karena kenaikan tingkat bunga telah menyebabkan invesatasi swasta turun sehingga kenaikan output tidak sebesar yang seharusnya (bilabunga tidak naik).


Nama               : Hafid Maulana
Nim                  : 44111010119
Fakultas          : Ilmu Komunikasi
Jurusan           : Broadcasting

Universitas Mercu Buana


Facebook : Hafid Maulana
Twitter     : @Hafidm93





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top